10 Orang ke Luar Negeri


10 orang pergi ke luar negeri

Januari 2015, malam kedua rapat Inspira di Kaliurang, 9 orang dipanggil Mas Satia untuk berkumpul di mushola Wisma UGM Kaliurang. Waktu kumpulnya juga malam hari pukul 00.00 WIB.

Mereka adalah Vita, Dewi, Nanang, Bondan, Kazhim, Rizqi, Imam, Anas, dan Hasbul. “Yang dikumpulkan disini adalah yang mendapat tantangan untuk jalan-jalan ke luar negeri sendirian,” Ujar mas Satia.

Malam itu, setiap orang ditanya “Mau apa tidak?”

Semua orang menjawab mau dan siap menerima tantangan.

Setelah selama satu jam merundingkan siapa kemana, akhirnya diputuskan sebagai berikut :

1. Vita : Thailand
2. Kazhim : India
3. Nanang : Brunai
4. Dewi : Vietnam
5. Bondan : Filipina
6. Rizqi : Myanmar
7. Imam : Jepang
8. Hasbul : Singapore
9. Anas : Hongkong
10. Satia : Keliling semua negara ASEAN


Sepulangnya dari Kaliurang, setiap orang sibuk mempersiapkan bekal dan membuat pasport.

Peraturan dari challenge ini adalah :
1. Tidak boleh saling kontak satu sama lain selama di luar negeri
2. Tidak boleh mengupload foto atau update status selama di luar negeri
3. Tidak boleh cerita ke siapa siapa kalau mau ke luar negeri, kecuali ke orangtua

Tanggal 13 Januari, Mas Satia berangkat paling awal. Di susul oleh Rizqi pada tanggal 20 Januari, sedangkat peserta lain berangkat pada tanggal 22-24 Januari.  Kecuali mas Hasbul yang berangkat langsung ke Singapura pada tanggal 01 Februari 2015.

Meeting poin diadakan di Petain Road, pada tanggal 03 Februari 2015, pukul 13.13.

Semua orang datang kecuali mas Imam yang tidak diberitahu lokasi meeting point.

Selama 5 hari di Singapura, setiap peserta mengikuti program yang dirancang oleh mas Satia. Sebagian diisi dengan rapat program Inspira 3 tahun ke depan, sebagian diisi dengan liburan dan jalan-jalan, juga diisi dengan mengikuti acara-acara seminar di Singapura.

Tanggal 7 Februari, semua peserta berpisah dan menuju ke Bukit Bintang, Malaysia.

Tiga hari di Malaysia diisi dengan pematangan to do list dan target yang akan di lakukan sepulangnya dari Indonesia.

Jadi begini, saat tim Inti di Inspira pergi keluar negeri, tentu mereka meninggalkan banyak sekali pekerjaan di Jogja. Dan, selama satu bulan ditinggal, tim di Jogja yang dipimpin oleh Mas Afrig ternyata bisa menghandel pekerjaan rumah yang ditinggal 10 orang itu ke luar negeri.

Bahkah, tim Jogja berhasil mencapai target yang belum pernah dicapai oleh tim 10 itu.

“Kalau yang di Jogja berhasil melakukan pekerjaan yang biasa kita lakukan sebelum ke luar negeri, lalu, apa yang mau kita lakukan nanti di Jogja?”

Itulah yang dirancang di Malaysia.

Setiap orang dari 10 orang itu menyusun hal-hal yang akan dilakukan kalau sudah sampai di Jogja. Tentu melakukan hal yang berbeda.

Dan,